Ketika disebutkan bahwa para penyeru dakwah itu datang hanya untuk menyampaikan. Yang disampaikan adalah kebenaran. Orang-orang yang didakwahi malah menjawab bahwa mereka selalu mendapatkan kesialan karena para rasul yang diutus. Mereka menuduh bahwa seperti hujan yang tidak kunjung turun, itu semua disebabkan oleh para penyeru dakwah.
Allah Ta’ala berfirman,
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ (18) قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (19)
“Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.” Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas.” (QS. Yasin: 18-19)
Berikut keterangan singkat dari Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
Ini adalah tanggapan dari penduduk negeri yang didatangi para penyeru dakwah. Mereka menyatakan bahwa mereka bernasib sial saat kedatangan para rasul. Dan memang itu sungguh aneh. Jika tidak mau berhenti, maka kaum tersebut akan melempar mereka dengan batu. Dan ini adalah tindakan pembinasaan yang amat jelek.
Sebaliknya …
Para penyeru dakwah itu berkata, kesialan itu sebenarnya karena kesyirikan dan dosa yang diperbuat oleh penduduk negeri tersebut. Itulah yang menyebabkan musibah datang dan berbagai nikmat hilang. Diberi peringatan itu demi baiknya kaum tersebut supaya bertakwa. Namun mereka malah berkata bahwa kesialan tadi datang dari para penyeru dakwah.
Mereka (penduduk negeri) tersebut adalah orang-orang yang melampaui batas. Seruan pada mereka malah membuat mereka lari dan bertambah angkuh. Demikian ringkasan dari Tafsir As-Sa’di.
Faedah yang bisa diambil:
- Menganggap sial dengan suatu hal merupakan amalan jahiliyah dari orang-orang kafir.
- Menganggap sial diharamkan dalam Islam.
- Keadaan orang-orang dalam menanggapi dakwah. Ada yang menerima dan ada yang menolak.
- Penolakan dakwah adalah suatu yang wajar.
- Kesialan kadang disandarkan pada penyeruh dakwah.
- Karena kesyirikan dan maksiat, berbagai nikmat hilang dan musibah datang.
- Para da’i kadang mendapatkan perlakuan tidak enak dari kaumnya. Ada yang sampai dilempar batu, bahkan dibunuh.
- Seruan dan dakwah pada sebagian orang kadang membuat mereka lari bahkan bertambah sombong.
- Taufik di tangan Allah.
Semoga manfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi: Tafsir As-Sa’di dan Aysar At-Tafasir.
—
Diselesaikan di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 5 Rabi’ul Awwal 1437 H
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Channel Telegram @RumayshoCom, @UntaianNasihat,@DarushSholihin